Pemblokir Iklan Terdeteksi

Matikan adBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

translate to english
Dukung Blog ini dengan cara Ikuti Channel Youtube Kami Subcribe!

Berawalnya Syair Abu Nawas Al Itiraf (1)

Al-I'tiraf merupakan judul dari sebuah syair yang sangat populer, terutama di kalangan penyanyi dan penikmat lagu-lagu nasyid. Al-I'tiraf dikenal
2 min read
  • Berawalnya Syair Abu Nawas  Al Itiraf (1)
  • Berawalnya Syair Abu Nawas  Al Itiraf (1)

Berawalnya Syair Abu Nawas Al Itiraf (1)


Add to Bookmark
Al-I'tiraf merupakan judul dari sebuah syair yang sangat populer, terutama di kalangan penyanyi dan penikmat lagu-lagu nasyid. Al-I'tiraf dikenal sebagai syair warisan penyair populer Baghdad, yaitu Abu Nawas. Namun ada juga pendapat, bahwa syair itu bukanlah gubahan Abu Nawas, tapi karya seorang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Abdullah bin Rawahah.
 
Menurut sebuah riwayat, Abdullah bin Rawahah saat ingin menjumpai sahabatnya, Abdurrahman bin 'Auf radhiyallahu 'anhu. Setiba di rumah Abdurrahman, istri Abdurrahman membuka pintu dan betisnya terlihat karena hembusan angin yang mengingkap busananya. Kejadian itu membuat Abdullah bin Rawahah jatuh pingsan karena merasa kaget dan berdosa. Setelah sadar, ia mengasingkan diri di sebuah perbukitan. Selama tiga hari, ia baru ditemukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya, ketika terdengar syair Al-I'tiraf dari Abdullah bin Rawahah. Sumber lain menyebutkan bahwa syair itu adalah karya Syekh Al-Sya'rani.
 
Terlepas manakah yang benar, yang jelas bahwa Abu Nawas adalah seorang legenda. Abu Nawas (sering pula disebut Abu Nuwas) bernama asli Al Hasan bin Hani Al-Hakami yang hidup di tahun 757-814 H. Ia dilahirkan di kota Al-Ahwaz, Persia, dan dibesarkan di Kota Basrah, Iraq. Sastrawan dan penyair humoris ini diyakini hidup di masa Kekhalifahan Abbasiyah (786-890 M). Oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid Al-Abbassiy, raja yang memerintah di masa itu, ia diangkat sebagai penyair kepercayaan Khalifah.
 
Nama Abu Nawas berarti "Bapak Si Rambut Ikat", merujuk pada dua ikatan rambut panjangnya yang sampai sebahu. Semasa kecil, Abu Nawas "dijual" oleh ibunya kepada seorang penjaga toko dari Yaman, Sa'ad Al-Yashira.
Semasa remaja, ia bekerja di sebuah toko di Basrah, Iraq. Saat itulah, ketampanan dan kecerdasannya menarik perhatian seorang penyair berambut pirang, Waliban bin Al-Hubab. Abu Nawas muda pun dibeli dan dimerdekakannya. Al-Hubab mengajari Abu Nawas ilmu ketuhanan (teologi), bahasa Arab, dan puisi. Abu Nawas lalu belajar juga kepada Khalaf Al-Ahmar.
 
Popularitas Abu Nawas menanjak karena kejenakaan syair-syair yang diciptakannya, sebuah gaya puisi yang bertentangan dengan tradisi syair di gurun pasir saat itu, ditambah dengan perilakunya yang suka mabuk (minum khamr) dan sejumlah syairnya yang mengkritik Al-Qur'an yang mengharamkan khamr.
Demikianlah, sebelum mendapatkan hidayah dan bertaubat, Abu Nawas dikenal sebagai penyair kontroversial. Bahkan buku-buku sejarah menyebut Abu Nawas sebagai sastrawan cabul dan kotor. Dalam keadaan mabuk karena meminum khamr, sambil 'mengigau' atau berbicara tidak karuan, ia sering menggubah puisi yang membangga-banggakan minuman keras (puisi khumrayat). Ia sering keluar masuk penjara karena puisi-puisinya itu.
 
Karena karya-karya dan perilakunya yang tidak bermoral, sebagian ulama saat itu berpendapat, Abu Nawas adalah fasik (pelaku maksiat) bahkan kafir.
Berikut sebuah bait syairnya: "Aku menyukai apa-apa yang Al-Qur'an larang Dan aku menjauhkan diri dari apa-apa yang dibolehkannya."
 
Namun demikian, Abu Nawas pernah menikah dengan salah satu wanita yang masih familinya, tapi keesokan harinya wanita itu diceraikan karena ia tidak mencintainya. Abu Nawas juga diceritakan pernah mencintai seorang perempuan, bernama Jinan. Sayang, cintanya tak pernah sampai.
Created with ♥️ by eNeFeS

Anda mungkin menyukai postingan ini

Posting Komentar

NFTV

Subscribe YouTube Kami Ya