Pemblokir Iklan Terdeteksi

Matikan adBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

translate to english
Dukung Blog ini dengan cara Ikuti Channel Youtube Kami Subcribe!

Berawalnya Syair Abu Nawas Al Itiraf (2)

Menurut suatu riwayat, suatu malam pada bulan Ramadhan (diyakini sebagai Malam Lailatul Qadar), dalam keadaan 'teler' ia didatangi seseorang tak
2 min read
  • Berawalnya Syair Abu Nawas  Al Itiraf (2)
  • Berawalnya Syair Abu Nawas  Al Itiraf (2)

Berawalnya Syair Abu Nawas Al Itiraf (2)


Add to Bookmark
Menurut suatu riwayat, suatu malam pada bulan Ramadhan (diyakini sebagai Malam Lailatul Qadar), dalam keadaan 'teler' ia didatangi seseorang tak dikenal.
Orang itu berkata, "Ya Abu Hani! Idza lam takun milhan tuslih, fala takun zubabatan tufsid." Artinya, "Hai Abu Hani, jika engkau tak mampu menjadi garam yang melezatkan hidangan, janganlah engkau menjadi lalat menjijikkan yang merusak hidangan itu.

Kata-kata itu sangat berkesan pada diri Abu Nawas. Ia menyadari kesalahannya selama ini, merasa dirinya bukan garam, tapi lalat. Ia pun bertaubat dan meninggalkan perilaku buruknya. Ia menjadi seorang ahli ibadah, rendah hati, rajin i'tikaf di masjid, dan jarang berbicara.

Meski demikian, ia tetap menggubah syair. Namun, syair-syairnya berganti tema, menjadi syair-syair dzikir dan senandung doa. Salah satu karyanya yang paling terkenal hingga kini, dijadikan senandung di pesantren-pesantren dan nasyid, yaitu syair Al-I'tiraf.

Menurut sebuah riwayat, suatu ketika, beberapa kawan Abu Nawas satu 'aliran' dulu, mendatanginya saat sedang i'tikaf di sebuah masjid.
"Apa yang keluar dari bibirmu sekarang?" ejek kawan-kawannya.
"Ayat-ayat Al-Qur'an," jawab Abu Nawas dengan kalem.
"Yang kau pikirkan di kepalamu?"
"Kemahaagungan ALLAH yang sudah mengubah manusia buruk seperti kalian menjadi manusia yang baik seperti aku sekarang.”

"Kau habiskan malam-malammu dengan apa?" "Dengan mendekatkan diriku yang hina dina ini kepada Dzat Yang Mahamulia, yaitu ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala."
"Lalu siang-siangmu keluyuran ke mana?"
"Ke gurun dan samudera petunjuk-Nya yang penuh rahmat dan ampunan. Aku tak akan tersesat di situ, karena firman-firman-Nya amat jelas," kata Abu Nawas.

Abu Nawas dikenal luas bukan saja di dunia Islam, tapi juga dunia Barat. Kisah-kisah jenakanya sangat digemari berbagai kalangan. Hebatnya, kisah lucu Abu Nawas seakan tak pernah habis. Selalu ada cerita lucu yang baru hingga akhirnya ia dikenal sebagai seorang humoris yang sangat cerdas. Bahkan disebutkan, Khalifah Harun Al-Rasyid Al-Abbasiy yang dikenal sebagai khalifah Bani Abbasiyah paling pintar, tak pernah berhasil mengalahkannya.

Dalam literatur Islam, Abu Nawas lebih dikenal sebagai tokoh sastra. Lebih dari itu, sebuah sumber juga menyebutkan bahwa petualangan Abu Nawas bukan dengan Khalifah Harun Al-Rasyid Al-Abbasiy, melainkan dengan khalifah setelahnya, Muhammad Al-Amin, putra Harun. Bahkan ada yang mengatakan, Abu Nawas tidak pernah bertatap muka dengan Khalifah Harun Al-Rasyid Al-Abbasiy.

Terlepas dari mana yang benar, yang jelas Abu Nawas dikenal sebagai sastrawan dan penyair terhebat pada masanya. Bahkan sejarawan Ibnu Arabi mengatakan, "Telah aku bandingkan syair Abu Nawas dengan yang lain, ternyata tidak aku temukan syair seindah miliknya."

Tidak banyak karya Abu Nawas yang bisa ditemukan. Pasalnya, lembaran-lembaran syairnya dibakar habis setelah ia bertaubat. Ia berkata, "Aku takut setelah aku mati nanti, masih tersisa satu dari syairku. Oleh karena itu aku membakarnya." Dan memang Abu Nawas sendiri tidak pernah mengumpulkan syair-syairnya.
Wallahu a'lam bishshawab.

Semoga bermanfaat.
Sumber: momentumpedia.com
Created with ♥️ by eNeFeS

Anda mungkin menyukai postingan ini

Posting Komentar

NFTV

Subscribe YouTube Kami Ya